Senin, 23 April 2012

Good Will Hunting


Meskipun Will Hunting (Matt Damon) memiliki kejeniusan tingkat kecerdasan (seperti bakat untuk menghafal fakta dan kemampuan intuitif untuk membuktikan teorema matematika canggih), ia bekerja sebagai petugas kebersihan di MIT dan hidup sendirian di sebuah apartemen banyak perabot di Selatan yang miskin Boston lingkungan. Seorang anak angkat dianiaya, ia sadar menyalahkan dirinya untuk pendidikan tidak bahagia dan ternyata ini membenci diri sendiri menjadi suatu bentuk sabotase diri baik dalam kehidupan pribadinya, maupun emosional. Oleh karena itu, ia tidak dapat mempertahankan baik pekerjaan stabil atau hubungan romantis mantap.
Pada minggu pertama kuliah, Will memecahkan masalah lulusan tingkat matematika yang sulit bahwa Profesor Gerald Lambeau (Stellan SkarsgĂ„rd), sebuah medali Fields dan combinatorialist, tersisa pada papan tulis sebagai tantangan kepada para mahasiswanya, berharap seseorang mungkin memecahkan masalah oleh semester akhir. Semua orang bertanya-tanya di MIT yang dipecahkan itu, dan Lambeau menempatkan masalah lain di papan - yang membawa dia dan rekan-rekannya dua tahun untuk membuktikan. Akan ditemukan dalam tindakan pemecahan masalah, dan Lambeau awalnya berpikir bahwa Will adalah merusak papan dan mengejar dia pergi. Ketika Will ternyata telah dipecahkan itu benar, Lambeau mencoba untuk melacak Will. Sementara itu, Will menyerang seorang pemuda yang telah diganggu dia tahun lalu di TK, dan ia kini menghadapi hukuman penjara setelah menyerang seorang polisi yang menanggapi pertarungan.Menyadari akan mungkin memiliki potensi untuk menjadi matematikawan besar, seperti jenius Evariste Galois, Lambeau masuk ke pengadilan Will dan campur tangan atas namanya, menawarkan pilihan: baik akan bisa pergi ke penjara, atau dia bisa dilepas ke pribadi Lambeau yang pengawasan, di mana dia harus belajar matematika dan melihat seorang psikoterapis. Akan memilih yang terakhir meskipun ia tampaknya percaya bahwa dia tidak perlu terapi.
Lima psikolog gagal melakukan koneksi dengan Will. Putus asa belaka, Lambeau akhirnya meminta psikolog Sean Maguire (Robin Williams), seorang teman lama terasing dan teman sekelas MIT-nya yang dibesarkan di lingkungan yang sama dengan Will. Sean berbeda dari lima pendahulunya dalam bahwa ia adalah dari lingkungan Will dan mendorong kembali Will dan akhirnya mampu melewati untuk Will dan bermusuhan, mengingat mekanisme pertahanan sarkastik. Pada satu titik, akan menganalisis sebuah lukisan cat air yang Sean dilakukan dirinya dan menyimpulkan bahwa itu mencerminkan perasaan Sean ditekan dan rasa bersalah atas kematian prematur dari istrinya. Sean menjadi tersinggung dan bermusuhan dan diperebutkan oleh Will tenggorokan, mengancam akan tenggelam peluangnya untuk reformasi. Akan berakhir janji dan berjalan keluar; Lambeau berjalan di percaya bahwa Will telah merusak peluangnya dengan terapis lain, bagaimanapun, Sean melihat Will sebagai tantangan dan memberitahu Lambeau untuk membawa kembali setiap minggu. 
Dalam sesi kemudian Will terutama melanda saat Sean memberitahu dia bagaimana dia menyerahkan tiket untuk melihat Red Sox di Seri Dunia 1975 (hilang Carlton "Pudge" rumah terkenal Fisk kita jalankan di Game 6) untuk bertemu dan menghabiskan waktu dengan orang asing di bar, yang kemudian menjadi istrinya. Will disarankan untuk mencoba untuk membangun hubungan dengan Skylar (Minnie Driver), seorang perempuan muda dia bertemu di sebuah bar dekat Universitas Harvard.
Hubungan dokter-pasien, bagaimanapun, adalah jauh dari satu sisi. Akan menantang Sean dengan cara yang sama bahwa Sean adalah mendorong Will untuk mengambil, baik keras, melihat tujuan pada dirinya sendiri dan hidupnya. Sean patologi sendiri adalah bahwa ia tidak mampu dan tidak mau bahkan mempertimbangkan hubungan romantis kedua setelah terjadinya kematian dini istri pertama ia cintai karena kanker beberapa tahun sebelumnya. Ini mungkin alasan utama mengapa Sean setuju untuk mengambil Will sebagai klien.
Sementara itu, Lambeau mendorong Apakah begitu sulit untuk unggul yang pada akhirnya akan menolak untuk pergi ke wawancara kerja yang Lambeau diatur baginya untuk posisi yang mungkin dapat menantang, bahkan dengan bakat besar sekali. Lambeau dan Sean juga bertengkar tentang masa depan Will. Will kebetulan menyaksikan argumen ini marah entah bagaimana bertindak sebagai katalis untuk keputusannya untuk memasuki tingkat yang lebih dalam kepercayaan dan berbagi dengan Sean. Dia rupanya menyadari dari peristiwa ini bahwa situasi ini sedikit lebih kompleks dari Will vs Dunia. Dia sekarang melihat bahwa mentor adalah setiap bit sebagai manusia, bisa keliru, dan bertentangan dalam keadaannya.  Skylar meminta Will untuk pindah ke California dengan dia, di mana dia akan memulai sekolah kedokteran di Stanford University School of Medicine. Will panik memikirkan hal itu. Skylar kemudian menyatakan dukungan tentang masa lalunya, yang diterima sebagai penghinaan dan memicu kemarahan di mana Will badai keluar dari asrama sementara masih dalam keadaan menanggalkan pakaian. Dia mengangkat bahu dari pekerjaan yang dia lakukan untuk Lambeau sebagai "lelucon," meskipun Lambeau tidak mampu memecahkan beberapa teorema dan diakui iri Will. Lambeau memohon tidak akan membuang semua itu, tapi Will berjalan keluar pada dia pula.
Sean menunjukkan bahwa Will begitu mahir mengantisipasi kegagalan masa depan dalam hubungan romantis, bahwa ia baik memungkinkan mereka untuk gagal atau sengaja bails, untuk menghindari risiko rasa sakit emosional masa depan. Ketika kemudian akan memberikan jawaban aneh untuk query Sean sangat serius tentang apa yang ingin dia lakukan dengan hidupnya, Sean hanya menunjukkan dia pintu. Ketika lanjut Will memberitahu sahabatnya Chuckie (Ben Affleck) bahwa ia ingin menjadi seorang buruh selama sisa hidupnya, Chuckie menjadi jujur
​​dengan Will: ia merasa itu adalah "penghinaan" bagi Will membuang potensinya sebagai buruh, dan bahwa keinginan berulang adalah untuk mengetuk pintu Will di pagi hari ketika ia mengambil dia untuk bekerja dan menemukan bahwa ia hanya tidak ada, bahwa ia telah pergi tanpa pamit.
Akan pergi ke sesi lain terapi, di mana ia dan berbagi Sean bahwa mereka berdua korban pelecehan anak. Pada awalnya, Will adalah defensif dan marah pada jaminan Sean mengulangi bahwa "Ini bukan salahmu," tapi ia akhirnya rusak dalam pengakuan penuh air mata.Akhirnya, setelah banyak refleksi diri, Will memutuskan untuk berhenti menjadi korban dari setan sendiri dalam dan untuk memimpin hidupnya. Ketika teman-temannya menyerahkan-Nya dengan Nova Chevrolet dibangun kembali untuk ulang tahun ke-21, ia memutuskan untuk pergi ke California dan bergabung kembali dengan Skylar, menyisihkan menawarkan menguntungkan pekerjaannya perusahaan dan pemerintah. Akan meninggalkan catatan singkat untuk Sean menjelaskan apa yang dia lakukan, dengan menggunakan salah satu menyindir sendiri Sean, "Saya harus pergi melihat tentang perempuan." Sean juga daun untuk perjalanan dunia, meskipun tidak sebelum rekonsiliasi dengan Lambeau. Film berakhir sebagai Chuckie pedih menemukan, dalam pemenuhan sendiri keinginannya lama, yang akan meninggalkan kehidupan yang lebih baik. Apakah ini kemudian ditunjukkan memulai hidupnya-menegaskan drive untuk California untuk sebuah awal baru dengan Skylar dan lompatan ke masa depan yang tak terduga.
http://www.imdb.com/title/tt0119217/synopsis

Interaksi yang terjadi saat proses konseling
Pada saat proses konseling pada konselor pertama, konselor mencoba untuk mengali tentang will. Sebagai konselor yang ingin mengetahui tentang klien, konselorpun mulai menanyakan beberapa pertanyaan. Tetapi saat proses konseling itu klien tidak ingin tentang dirinya diketahui orang lain, dan dia mengatakan kata-kata yang memancing emosi konselor sebagai pengalihan pembicaraan. Dan konselor pun terpacing emosinya akibat perkatan klien, sehingga proses konseling tidak dapat dilanjutkan. Hal itu juga terjadi pada konselor kedua, konselor itu pun tidak mau melanjutkan proses konselingnya.
Pada konselor ketiga klien itu juga masih tentang dirinya tidak ingin diketahui oleh orang lain, dan dia bertindak seperti pada konselor pertama dan kedua. Klien kembali mengalihkan pembicaraan dengan mengatakan hal-hal yang memancing emosi konselor, dan konselor ini pun terpancing emosinya dan tidak bisa melanjutkan proses konselingnya lagi, tapi konselor ini bersedia melanjutkan konselingnya beberapa hari kemudian.
Konseling hari kedua
Proses konseling dilakukan diluar ruangan seperti ditaman. Saat proses konseling, konselor menceritakan tentang dirinya, ini merupakan proses pendekatan sehingga klien merasa lebih dekat dengan konselor dan klien menjadi nyaman utuk melakukan proses konseling. Di sesi ini juga klien bertanya tentang kehidupan konselor yang konselor ceritakan.
Konseling hari ketiga
Saat proses konseling, tidak ada yang dikatakan oleh konselor dan konseling, mereka saling menunggu satu sama lain untuk memulai pembicaran hingga waktu konseling habis. Interaksi yang terlihat hanya duduk dan saling berpandangan satu sama lain dan memperhatikan jam dinding.
Konseling hari keempat
Masi seperti konseling sebelumnya, antara klien dan konselor tidak ada percakapan sehingga konselor mengantuk dan hamper tertidur dan klien hanya bersiul tetapi kemudian klien mau menceritakan sedikit tentang dirinya.
Konseling hari kelima
Di proses konseling ini, konselor berusaha menceritakan pengalaman dirinya, dan ternyata klien menyukai ceritanya itu. Dan mereka berdua mengekspresikan rasa senangnya dengan berteriak dan tertawa bersama
Konseling hari ke enam
Disini klien sudah merasa nyaman dengan konselor sehingga dia mau menceritakan tentang dirinya dengan detil dan serius. Kemudian klien tidak serius dan dengan tegas konselor berdiri dan menyilangkan tangannya didada dan mengakhiri proses konseling, dan klien menyesal dan menta konseling tetap dilanjutkan karena masih ingin menceritakan tentang dirinya tetapi konselor mengusirnya walaupun waktu konseling belum habis.
Konseling hari ke tujuh
Proses konseling berlangsung dan klien menceritakan tentang dirinya konselorpun sesekali mengajukan pertanyaan. Di pertanyaan ini klien marah dan mendorong konselor, tak lama kemudia klien menangis, disinilah runtuhnya difens mekanisme klien. Saat klien menangis konselor mencoba menenangkannya dengan menepuk pundaknya dan kemudia klien memeluk konselor sambil menangis.
Konseling hari ke delapan
Proses konseling lebih tenang dan santai. Klien mengucapkan terimakasih dan ingin tetap berhubungan di luar proses konseling. Dan klien memberikan nomor telpon, kemudian konselor memeluk klien dengan senyum keduanya, dan klien mengucapkan terimakasih.

Rabu, 04 April 2012

Narasi konselor dank klien yang memiliki masalah dengan keluarga tunangannya


Seorang konselor memiliki seorang klien yang memiliki masalah dengan  tunangannya, dia merasa ragu apakah tunangannya itu adalah calon suami yang tepat untuknya. Dan keraguan itu muncul ketika hari pernikahan klien itu sudah dekat. Dalam sebuah konseling konselornya pun menanyakan kenapa ada perasaan tidak yakin pada kliennya, ada persoalan apa yang membuat klien ragu dengan keputusannya. Klien menjawab perasaan ragu itu muncul beberapa minggu yang lalu setelah dia bertemu dengan orang tua tunangannya. Tetapi klien belum mengatakan apa yang terjadi saat bertemu orang tua tunangannya itu yang menyebabkan dia ragu untuk melanjutkan hubungannya kepernikahan. Saat konselor menanyakan kembali apa yang terjadi pada klien dengan orang tua tunangannya klien ahirnya menjawab saat pertemuan itu ibu tunangannya memakinya dan menyuruhnya untuk memutuskan hubungan dengan anaknya, saat menjelaskan apa yang terjadi saat bertemu ibu tunangannya itu klien terlihat sangat marah karena ucapaan ibu tunangannya.
Setalah kejadian itu klien terliat kurang yakin untuk melanjutkan hubungan tunangan klien tersebut, sepertinya klien merasa takut karna hubungan pernikahan tidak main-main dan tidak boleh ada penyesalan. Dan konselor menanyakan kembali apakah ibu tunangannya itu sering bersikap seperti itu ? klien menjawab bahwa dulu ibu tunangannya itu baik-baik saja dan sangat perhatian pada klien. Saat itu keluarga klien dan tunangannya sudah seperti keluarga sehingga klien dan tunangannya merasa bahagia karna hubungannya sudah mendapatkan restu kedua keluarga.  Konselor melihat saat klien menceritaakan kejadian itu dia  sangat bahagia dengan momen itu, saat keluarga tunangannya menyayanginya dan baik-baik saja.
Konselor pun menggali lagi masalah apa lagi yang menyebabkan klien tersebut ragu dan ingin memutuskan hubungan dengan tunangannya. Setelah pertemuan berikutnya dan membuat klien yakin untuk menceritakan masalahnya klien pun mulai mengatakan bahwa ibu tunangannya yang suka berkata kasar dan memakinya itu tidak hanya terjadi sekali, beberapa waktu yang lalu juga sering terjadi prilaku ibu tunangannya itu yang tidak menyenangkan. Setelah memaki dan berkata kasar ibu tunangannya itu kemudian beberapa hari kemudian lupa atau meminta maaf kalau sudah menyakiti klien, bahkan hal itu terulang berulang kali dan dilakukan juga kakak-kakak tunangannya, klien merasa tertekan oleh keluarga tunangannya. Saat menceritakaan itu klien meneteskan air mata. Dan klien mengatakan bahwa perasaan ragu itu selalu muncul ketika dia menggingat prilaku keluarga tunangannya, dan dia takut jika sudah menikah prilaku it uterus dilakukan oleh ibu mertuanya dan kakak-kakak iparnya.

Teknik terapi Psikoanalisis dan Humanistik

Teknik terapi psikoanalisis
 Di dalam tiap-tiap individu terdapat kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal tidak terhindarkan. Konflik yang tidak disadari itu memiliki pengaruh yang kuat pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak dikembangkan dalam Psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Menurut Freud, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental, yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, catharsis, asosiasi bebas, dan analisis mimpi.
·         Hipnotis banyak digunakan oleh psikiater Perancis, dengan cara menghilangkan ingatan-ingatan pasien yang mengandung simptomsimptom, kemudian psikiater memberikan ingatan baru berupa sugesti-sugesti yang kuat, yang dapat memulihkan kesehatan pasien. Freud kurang tertarik dengan teknik ini, sebab tingkat keampuhannya diragukan.
·         Chatarsis, yaitu pembebasan dan pelepasan ketegangan atau kecemasan dengan jalan mengalami kembali dan mencurahkan keluar kejadian-kejadian traumatis di masa-masa lalu, yang semula dilakukan dengan jalan menekan emosi-emosinya ke alam ketidaksadaran. Teknik ini digunakan dengan cara berbicara (talking cure). Cara kerjanya adalah pasien disuruh untuk menguraikan simptom secara rinci yang mengganggu jiwanya, setelah simptom itu muncul lalu psikiater segera menghilangkannya.
·         Asosiasi bebas, yaitu membiarkan pasien menceritakan keseluruhan pengalamannya, baik yang mengandung symptom maupun tidak. Cerita yang dikemukakan tidak harus runtut, teratur, logis ataupun penuh makna. Cerita itu betapapun memalukan tetapi tetap harus diceritakan. Setelah simptom diketahui, psikiater mudah memberikan terapinya.
·         Analisis mimpi. Mimpi adalah jalan kerajaan menuju alam bawah sadar. Ia merupakan keinginan tahu ketakutan bawah sadar dalam bentuk yang disangkal. Mimpi merupakan bentuk, isi, dan kegiatan paling primitif dari jiwa seseorang. Setelah pasien menceitakan mimpinya, psikiater mengetahui rahasia paling dalam di dalam jiwa pasien. Freud membedakan antara isi mimpi manifes (jelas, sadar) dan isi mimpi laten (tersembunyi, tidak disadari). Dengan mengungkap isi manifes dari suatu
 Teknik terapi Psikoanalisis Freud pada perkembangan selanjutnya disempurnakan oleh Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.

Psikoterapi Humanistik
Teknik terapi humanistik, yaitu teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari diri sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi ahli terapi yang minimal. Gangguan psikologis yang diduga timbul jika proses pertumbuhan potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau oleh orang lain. Carl Rogers, yang mengembangkan psikoterapi yang berpusat pada klien (client-centered-therapy), percaya bahwa karakteristik ahli terapi yang penting untuk kemajuan dan eksplorasi-diri klien adalah empati, kehangatan, dan ketulusan.
A. Psikoterapi Humanistik-Eksistensial
Abraham Maslow menyatakan sebagai mazhab ke tiga dalam bidang psikologi, mempertentangkan tradisi yang telah ada yaitu psikoanalisa dan aliran perilaku. Pada kedua aliran perilaku manusia dilihat, ditentukan, dibatasi oleh suatu kondisi dari naluri atau bakat atau insting tidak sadar. Paham lain menyatakan perilaku ditentukan oleh lingkungan atau pengaruh dari keadaan. Kedua-duanya kurang berpandangan pada manusia. Psikologi humanistik berorientasi pada manusia yang memiliki tujuan, nilai-nilai, pilihan, hak kebenaran, dan kapasitas untuk menentukan nasibnya sendiri. Ia tidak menjadi korban yang tidak memiliki harapan dari kekuatan yang tidak sadar atau hanya sekedar dari pengaruh dari lingkungan. Kemauan bebas dari manusia tersebut dapat memaksimalkan potensi dan kebahagiaan dirinya. Tertinggi dari alasan manusia adalah arah untuk mewujudkan dirinya secara maksimal.
Tugas therapist adalah membimbing individu untuk mengembangkan potensi ini dari kekuatan pembatasan dari neurotik, dengan mengembangkan
1.      empatik, pemahaman bahwa dirinya unik, pandangan pribadi pada lingkungan, dan konsep diri klien;
2.      pengembangan diri dengan memberi harapan pada klien untuk mengalami dan menerima pengalaman, kejadian yang ada, serta cakup pada apa yang telah mereka tolak;
3.      memberi harapan secara penuh untuk menerima dirinya yang unik, bertanggung jawab dan kebebasannya dalam bertindak pada sejumlah pilihannya;
4.      mewujudkan potensi secara penuh sebagai individu.


Terapis sebagai individu yang nyata terlibat pada pertemuan dengan kliennya, bebas dari pura-pura dan memainkan peranan, bukan sebagai terapis yang hanya bertindak teknis karena suatu interpretasi, memberi nasehat, atau dari pengaruh keadaan. Tujuan terapi humanistik adalah untuk berpindah dan menggerakkan seseorang yang minim motivasi, bergantung hanya pada lingkungan. Ia berharap dan bergantung pada lingkungan untuk menyediakan baginya kepuasan, menyatakan nilai sebagai individu, dorongan pertumbuhan sebagai manusia, bekerja keras untuk memperkaya dan memperbesar pengalamannya, hak untuk bergembira, dan memiliki otonomi (Maslow, 1962). Aktualisasi diri sangat jarang, hanya dapat dilakukan secara alami, spontan, bebas dari kecemasan, kondisi yang ragu, merasa diasingkan, tidak berharga, tidak memiliki pengalaman puncak, secara penuh, dan jelas; menjadi eksistensi individu secara penuh yang diserap dan berpusat pada pengalaman yang melebihi dari kungkungan penyimpangan yang telah disebutkan. Visi manusia dapat dipahami dan dapat dilakukan dengan pendekatan dari ‘pengalaman yang menghasilkan pertumbuhan. Terapi tidak hanya mengarahkan sesuatu yang lebih baik, memperbandingkan yang kekurangan di masa lampau atau gejala emosi, dan gerakan-gerakan ketidaksadaran.
Ribuan orang secara formal mencari-cari pertumbuhan pribadi, mereka bergabung pada kelompok atau yang berpusat pada pertumbuhan pribadi. Banyak dari berbagai metode di mana para individu bergabung pada terapi kelompok, mereka berdiskusi untuk penggalian potensi individu. Hal ini menjadi dasar yang penting dan paling menyolokdari segi psikologi humanistik. Pendekatan psikologi humanistik hingga kini menjadi satu paket yang berisi gabungan nilai-nilai, daripada suatu teori sistematik kepribadian atau psikoterapi. Ajaran utama yang dibagikan adalah:
(i)                 pemahaman kepribadian, memahami individu sebagai kesatuan;
(ii)               berpusat pada pengalaman individu daripada hanya perilaku yang dipandang dari sisi luar, seperti fenomenologi;
(iii)             sebagai metode ilmiah memerlukan partisipasi dari pengalaman, yang harus dihargai dari pengalaman empatik dan intuitif, yang tidak semata-mata mengunggulkan pengetahuan empirik;
(iv)              keunikan pribadi yang menjadi fokus yang penting;
(v)               tujuan, nilainilai, cita-cita. Dan berbagai hal di masa depan sebagai penentu lingkungan atau sejarah;
(vi)             tingkah laku manusia tidak dipandang hanya sebagai sesuatu yang sifatnya mekanistik atau terminologi reduksi, tetapi lebih mengarah penekanan kebebasan manusia, dalam hal kreatifitas, penilaian, dan aktualisasi diri;
(vii)           individu yang harus proaktif, mampu reaktif, bertindak positif, menyesuaikan permintaan yang dituntut dari dirinya.

Pola psikologi humanistik yang hadir lebih mengarah pada akar filosofi kemanusiaan yang lebih awal, fenomenologi dari Eropa, Eksistensialisme, dan politik liberalisme Anglo-Amerika. Gagasan psikologi humanistik ini dipertahankan oleh William James, Kurt Goldstein, Carl Rogers, Gordon Allport, dan Henry A. Murray dari sejumlah orang yang menentang psikologi ini sebagai psikologi yang posivistik. Jaman humanistik berpusat dari perluasan pengalaman, kegembiraan, pemenuhan dalam proses kehidupan. Hal-hal yang optimis dalam psikologi humanistik dapat memberikan pandangan dari sisi lain psikologi, yang pada saat itu banyak menghadapi kebingungan, dunia sebagai tempat yang menakutkan, dan peralihan waktu yang gelap. Pandangan manusia yang lebih baru mengarah pada suatu reaksi yang lebih dari hal-hal ilmiah dan pengembangan lingkungan, berkaitan dengan potensi mereka yang melihat kehidupan sosial dari pandangan dehumanisasi. Prinsip dan nilai-nilai psikologis humanistik nampak ramah, relevan, dipahami berkaitan dengan pengalaman hidup dan visi untuk hidup yang lebih baik.
Berikut ini akan diuraikan apa yang disebut dengan terapi humanistik yang berkembang, terkenal, dan berkaitan dengan lebih menggambarkan keragaman pada area ini, yaitu: psikoterapi yang berpusat pada klien, logoterapi Frankl, dan terapi gestalt dari Perls (pada kajian ini yang dijelaskan hanya psikoterapi yang berpusat pada klien). Perlu adanya tambahan pertimbangan konsep dari fenomenologi dan eksistensialisme yang mendasari terapi ini dan hubungannya dengan terapis.

B. Terapi yang Berpusat pada Klien
Terapi yang berpusat pada klien adalah suatu psikoterapi humanis bersifat mengembangkan potensi sisi manusia. Terapi ini dicetuskan oleh Carl Rogers. Perspektif humanistik bersifat kemanusiaan, dalam psikologi menekankan manusia yang memiliki potensial, diri sendiri, kesadaran, dan kebebasan memilih. Psikolog humanistik bersifat kemanusiaan, faktor yang paling penting dalam kepribadian adalah persepsi kesadaran dan menjadi dirinya. Pandangan terapi humanistik pada orang-orang, memiliki bawaan yang baik dan memiliki motivasi pada sejumlah kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat berkembang sesuai pertumbuhan psikologis individu. Orangorang yang menerima suasana dan kebebasan untuk membuat aneka pilihan, mereka akan mengembangkan konsep diri yang sehat dan bekerja keras untuk memenuhi potensi mereka yang unik sebagai manusia. Perspektif humanistik bersifat kemanusiaan, berpengaruh kuat di bidang psikoterapi.
Pengaruh yang paling kuat dari psikoterapi-psikoterapi yang humanistik adalah terapi yang berpusat pada klien, yang dikembangkan oleh Carl Rogers (1902-1987). Ia dengan sengaja menamai terapinya dengan demikian, secara sengaja ia menggunakan kata klien daripada menyebut pasien. Ia percaya bahwa pasien adalah istilah medis, yang menyiratkan orang-orang tersebut dalam kondisi “sakit” dan sedang mencari perawatan dari figur otoritas yang dirasa mampu “menyembuhkan” mereka. Tekanan untuk para ahli atau para terapis, terapi berpusat klien yang menekankan persepsi subjektif klien, yang berfokus pada dirinya dan lingkungannya.
Terapis harus tidak direktif, tidak seperti terapi yang dilakukan Freud. Terapis tidak harus mengarahkan klien, keputusan-keputusan yang dibuat untuk klien, penawaran solusi, menghakimi hasil pemikiran atau perasaan klien. Sebagai gantinya, terapis diminta untuk percaya, merubah pola terapi yang harus dipilih dan yang dipimpin oleh klien. Peran terapis untuk menciptakan kondisikondisi dan membiarkan klien; bukan terapis yang mengarahkan terapi, namun klien yang mengarahkan fokus terapi. Kondisi-kondisi terapis mengarahkan dirinya untuk tampil bagi dirinya sendiri, kesadaran, pertumbuhan psikologis, dan diri sendiri mengarahkan berubah. Rogers percaya bahwa tiga kualitas dari terapis harus bersifat kritis, seperti: keaslian, hormat yang positif pada klien tanpa syarat, dan pemahaman empati.
Pertama, keaslian berarti terapis dengan jujur dan secara terbuka, untuk berbagi pikiran dan perasaannya dengan klien. Model untuk keaslian, terapis secara tidak langsung mendorong klien untuk menyatakan perasaan yang benar tanpa kepasrahan atau keinginan.Kedua, terapis harus menghargai, menerima, dan mempedulikan klien; apapun juga permasalahan atau perilakunya. Terapis diharapkan menjalin hubungan yang penuh hormat yang tanpa syarat dan positif. Orang dipercaya mengembangkan permasalahan psikologis, karena mereka secara konsisten mengalami kondisi penerimaan bersyarat. Penerimaan bersyarat biasa dilakukan oleh: orang tua, para guru, dan agen sosial lain sudah berkomunikasi dengan pesan ini: “Aku akan menerima Anda, jika Anda menepati harapan-harapanku”. Terapis menciptakan suatu iklim yang nyaman, hormat positif yang tanpa syarat, dan membantu perkembangan individu secara wajar untuk berani mengambil keputusan secara mandiri tanpa harus takut akan evaluasi atau penolakan.
Rogers menggambarkan aspek penting dari terapi ini, terapi berpusat pada klien tidak hanya sekedar “menginterpretasi” pemikiran dan perilaku klien. Terapi berpusat pada klien merupakan penciptaan suatu kondisi yang nyaman, penerimaan klien dalam mengekspresikan kebebasan untuk mengeksplorasi sejumlah isu. Terapis terlibat dalam pembicaraan dengan klien secara aktif, klien mengucapkan pernyataan-pernyataan isi dan maksud pribadi. Pada pelaksanaannya, terapis membantu klien mengembangkan secara jelas dari suatu persepsi,  pemahaman perasaan, dan menerangkan alasan-alasan. Penghormatan positif yang tanpa syarat, berarti ketika terapis sedang mengalami hal positif, klien juga menerima sikap pada waktu tersebut, gerakan atau perubahan terapiutik agar lebih diterima. Keterlibatan terapis untuk klien dalam kondisi perasaan yang berlangsung saat itu; waktu itu mungkin adanya kebingungan, kemarahan, ketakutan, kebencian, keberanian, cinta, atau kebanggaan. Terapis menghargai klien secara keseluruhan bukan karena syarat tertentu. Ketiga, terapis harus mengkomunikasikan pemahaman empatik-nya dengan menyatakan isi dan maksud perasaan, saat klien mengami kondisi tersebut.
Terapis menjadi kaca yang mencerminkan pemikiran dan perasaan klien, saat mereka dalam dunia pribadi klien. Tujuan membantu klien untuk melakukan eksplorasi, memperjelas perasaan pikiran, perasaan-perasaan, pikiran, dan persepsi-persepsi. Proses klien untuk melihat dirinya sendiri dan permasalahannya yang dapat dipahami secara lebih jelas. Pemahaman empati memerlukan terapis untuk mendengarkan secara aktif, memahami arti di balik permukaan kata-kata klien. Rogers percaya bahwa suasana terapis berisi keaslian, hormat positif yang tanpa syarat, dan pemahaman yang empatik; perubahan mungkin dapat terjadi. kondisi-kondisi tersebut membantu perkembangan perasaan secara psikologis aman, yang diterima, dan dihargai. Suasana terapi, perubahan dapat terjadi pada konsep diri dan filsafat pola pikir individu; pikiran orang dapat secara berangsur-angsur menjadi lebih sehat dan lebih sedikit penyimpangan. Perwujudan klien sedang beralih pada mewujudkan potensi-potensi dan bakat-bakat individu yang unik.

Penelitian-penelitian yang secara umum mendukung terapi versi Rogers, yang menyatakan bahwa terapi humanistik itu menunjukkan keaslian, hormat positif yang tanpa syarat, dan pemahaman empatik. Faktor seperti itu menampilkan eksplorasi kepercayaan dan eksplorasi diri sendiri dalam proses terapi. Bagaimanapun dengan berbagai kondisi tersebut, bukan berarti atau tidak akan cukup untuk membantu klien mengalami perubahan. Terapi berpusat pada klien memiliki pendekatan yang berkembang oleh para terapis, guru, pekerja sosial, dan para konsultan. Peserta individu yang paling berpengaruh dalam proses psikoterapi, terapi berpusat pada klien sudah dilakukan bagi konseling perkawinan, orangtua, pendidikan, bisnis, dan bahkan masyarakat yang berbeda budaya dalam konteks hubungan-hubungan internal.
                          psikologi.ustjogja.ac.id/files/materi/1305626219Psikoterapi.pdf