Seorang
konselor memiliki seorang klien yang memiliki masalah dengan tunangannya,
dia merasa ragu apakah tunangannya itu adalah calon suami yang tepat untuknya.
Dan keraguan itu muncul ketika hari pernikahan klien itu sudah dekat. Dalam
sebuah konseling konselornya pun menanyakan kenapa ada perasaan tidak yakin
pada kliennya, ada persoalan apa yang membuat klien ragu dengan keputusannya.
Klien menjawab perasaan ragu itu muncul beberapa minggu yang lalu setelah dia
bertemu dengan orang tua tunangannya. Tetapi klien belum mengatakan apa yang
terjadi saat bertemu orang tua tunangannya itu yang menyebabkan dia ragu untuk
melanjutkan hubungannya kepernikahan. Saat konselor menanyakan kembali apa yang
terjadi pada klien dengan orang tua tunangannya klien ahirnya menjawab saat
pertemuan itu ibu tunangannya memakinya dan menyuruhnya untuk memutuskan
hubungan dengan anaknya, saat menjelaskan apa yang terjadi saat bertemu ibu
tunangannya itu klien terlihat sangat marah karena ucapaan ibu tunangannya.
Setalah
kejadian itu klien terliat kurang yakin untuk melanjutkan hubungan tunangan
klien tersebut, sepertinya klien merasa takut karna hubungan pernikahan tidak
main-main dan tidak boleh ada penyesalan. Dan konselor menanyakan kembali
apakah ibu tunangannya itu sering bersikap seperti itu ? klien menjawab bahwa
dulu ibu tunangannya itu baik-baik saja dan sangat perhatian pada klien. Saat itu
keluarga klien dan tunangannya sudah seperti keluarga sehingga klien dan
tunangannya merasa bahagia karna hubungannya sudah mendapatkan restu kedua
keluarga. Konselor melihat saat klien
menceritaakan kejadian itu dia sangat
bahagia dengan momen itu, saat keluarga tunangannya menyayanginya dan baik-baik
saja.
Konselor
pun menggali lagi masalah apa lagi yang menyebabkan klien tersebut ragu dan
ingin memutuskan hubungan dengan tunangannya. Setelah pertemuan berikutnya dan
membuat klien yakin untuk menceritakan masalahnya klien pun mulai mengatakan
bahwa ibu tunangannya yang suka berkata kasar dan memakinya itu tidak hanya
terjadi sekali, beberapa waktu yang lalu juga sering terjadi prilaku ibu
tunangannya itu yang tidak menyenangkan. Setelah memaki dan berkata kasar ibu
tunangannya itu kemudian beberapa hari kemudian lupa atau meminta maaf kalau
sudah menyakiti klien, bahkan hal itu terulang berulang kali dan dilakukan juga
kakak-kakak tunangannya, klien merasa tertekan oleh keluarga tunangannya. Saat menceritakaan
itu klien meneteskan air mata. Dan klien mengatakan bahwa perasaan ragu itu
selalu muncul ketika dia menggingat prilaku keluarga tunangannya, dan dia takut
jika sudah menikah prilaku it uterus dilakukan oleh ibu mertuanya dan
kakak-kakak iparnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar