Rabu, 04 April 2012

Narasi konselor dank klien yang memiliki masalah dengan keluarga tunangannya


Seorang konselor memiliki seorang klien yang memiliki masalah dengan  tunangannya, dia merasa ragu apakah tunangannya itu adalah calon suami yang tepat untuknya. Dan keraguan itu muncul ketika hari pernikahan klien itu sudah dekat. Dalam sebuah konseling konselornya pun menanyakan kenapa ada perasaan tidak yakin pada kliennya, ada persoalan apa yang membuat klien ragu dengan keputusannya. Klien menjawab perasaan ragu itu muncul beberapa minggu yang lalu setelah dia bertemu dengan orang tua tunangannya. Tetapi klien belum mengatakan apa yang terjadi saat bertemu orang tua tunangannya itu yang menyebabkan dia ragu untuk melanjutkan hubungannya kepernikahan. Saat konselor menanyakan kembali apa yang terjadi pada klien dengan orang tua tunangannya klien ahirnya menjawab saat pertemuan itu ibu tunangannya memakinya dan menyuruhnya untuk memutuskan hubungan dengan anaknya, saat menjelaskan apa yang terjadi saat bertemu ibu tunangannya itu klien terlihat sangat marah karena ucapaan ibu tunangannya.
Setalah kejadian itu klien terliat kurang yakin untuk melanjutkan hubungan tunangan klien tersebut, sepertinya klien merasa takut karna hubungan pernikahan tidak main-main dan tidak boleh ada penyesalan. Dan konselor menanyakan kembali apakah ibu tunangannya itu sering bersikap seperti itu ? klien menjawab bahwa dulu ibu tunangannya itu baik-baik saja dan sangat perhatian pada klien. Saat itu keluarga klien dan tunangannya sudah seperti keluarga sehingga klien dan tunangannya merasa bahagia karna hubungannya sudah mendapatkan restu kedua keluarga.  Konselor melihat saat klien menceritaakan kejadian itu dia  sangat bahagia dengan momen itu, saat keluarga tunangannya menyayanginya dan baik-baik saja.
Konselor pun menggali lagi masalah apa lagi yang menyebabkan klien tersebut ragu dan ingin memutuskan hubungan dengan tunangannya. Setelah pertemuan berikutnya dan membuat klien yakin untuk menceritakan masalahnya klien pun mulai mengatakan bahwa ibu tunangannya yang suka berkata kasar dan memakinya itu tidak hanya terjadi sekali, beberapa waktu yang lalu juga sering terjadi prilaku ibu tunangannya itu yang tidak menyenangkan. Setelah memaki dan berkata kasar ibu tunangannya itu kemudian beberapa hari kemudian lupa atau meminta maaf kalau sudah menyakiti klien, bahkan hal itu terulang berulang kali dan dilakukan juga kakak-kakak tunangannya, klien merasa tertekan oleh keluarga tunangannya. Saat menceritakaan itu klien meneteskan air mata. Dan klien mengatakan bahwa perasaan ragu itu selalu muncul ketika dia menggingat prilaku keluarga tunangannya, dan dia takut jika sudah menikah prilaku it uterus dilakukan oleh ibu mertuanya dan kakak-kakak iparnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar