Teknik terapi
psikoanalisis
Di dalam tiap-tiap individu terdapat
kekuatan-kekuatan yang saling berlawanan yang menyebabkan konflik internal
tidak terhindarkan. Konflik yang tidak disadari itu memiliki pengaruh yang kuat
pada perkembangan kepribadian individu, sehingga menimbulkan stres dalam
kehidupan. Teknik ini menekankan fungsi pemecahan masalah dari ego yang
berlawanan dengan impuls seksual dan agresif dari id. Model ini banyak
dikembangkan dalam Psikoanalisis yang dipelopori oleh Sigmund Freud. Menurut
Freud, paling tidak terdapat lima macam teknik penyembuhan penyakit mental,
yaitu dengan mempelajari otobiografi, hipnotis, catharsis, asosiasi bebas, dan
analisis mimpi.
·
Hipnotis banyak
digunakan oleh psikiater Perancis, dengan cara menghilangkan ingatan-ingatan
pasien yang mengandung simptomsimptom, kemudian psikiater memberikan ingatan
baru berupa sugesti-sugesti yang kuat, yang dapat memulihkan kesehatan pasien.
Freud kurang tertarik dengan teknik ini, sebab tingkat keampuhannya diragukan.
·
Chatarsis,
yaitu pembebasan dan pelepasan ketegangan atau kecemasan dengan jalan mengalami
kembali dan mencurahkan keluar kejadian-kejadian traumatis di masa-masa lalu,
yang semula dilakukan dengan jalan menekan emosi-emosinya ke alam
ketidaksadaran. Teknik ini digunakan dengan cara berbicara (talking cure). Cara
kerjanya adalah pasien disuruh untuk menguraikan simptom secara rinci yang
mengganggu jiwanya, setelah simptom itu muncul lalu psikiater segera
menghilangkannya.
·
Asosiasi
bebas, yaitu membiarkan pasien menceritakan keseluruhan pengalamannya, baik
yang mengandung symptom maupun tidak. Cerita yang dikemukakan tidak harus
runtut, teratur, logis ataupun penuh makna. Cerita itu betapapun memalukan
tetapi tetap harus diceritakan. Setelah simptom diketahui, psikiater mudah
memberikan terapinya.
·
Analisis
mimpi. Mimpi adalah jalan kerajaan menuju alam bawah sadar. Ia merupakan
keinginan tahu ketakutan bawah sadar dalam bentuk yang disangkal. Mimpi
merupakan bentuk, isi, dan kegiatan paling primitif dari jiwa seseorang.
Setelah pasien menceitakan mimpinya, psikiater mengetahui rahasia paling dalam
di dalam jiwa pasien. Freud membedakan antara isi mimpi manifes (jelas, sadar)
dan isi mimpi laten (tersembunyi, tidak disadari). Dengan mengungkap isi
manifes dari suatu
Teknik
terapi Psikoanalisis Freud pada perkembangan selanjutnya disempurnakan oleh
Jung dengan teknik terapi Psikodinamik.
Psikoterapi
Humanistik
Teknik terapi humanistik,
yaitu teknik dengan pendekatan fenomenologi kepribadian yang membantu individu menyadari
diri sesungguhnya dan memecahkan masalah mereka dengan intervensi ahli terapi
yang minimal. Gangguan psikologis yang diduga timbul jika proses pertumbuhan
potensi dan aktualisasi diri terhalang oleh situasi atau oleh orang lain. Carl
Rogers, yang mengembangkan psikoterapi yang berpusat pada klien (client-centered-therapy),
percaya bahwa karakteristik ahli terapi yang penting untuk kemajuan dan
eksplorasi-diri klien adalah empati, kehangatan, dan ketulusan.
A.
Psikoterapi Humanistik-Eksistensial
Abraham Maslow menyatakan sebagai mazhab ke tiga
dalam bidang psikologi, mempertentangkan tradisi yang telah ada yaitu
psikoanalisa dan aliran perilaku. Pada kedua aliran perilaku manusia dilihat,
ditentukan, dibatasi oleh suatu kondisi dari naluri atau bakat atau insting tidak
sadar. Paham lain menyatakan perilaku ditentukan oleh lingkungan atau pengaruh
dari keadaan. Kedua-duanya kurang berpandangan pada manusia. Psikologi
humanistik berorientasi pada manusia yang memiliki tujuan, nilai-nilai,
pilihan, hak kebenaran, dan kapasitas untuk menentukan nasibnya sendiri. Ia
tidak menjadi korban yang tidak memiliki harapan dari kekuatan yang tidak sadar
atau hanya sekedar dari pengaruh dari lingkungan. Kemauan bebas dari manusia tersebut
dapat memaksimalkan potensi dan kebahagiaan dirinya. Tertinggi dari alasan
manusia adalah arah untuk mewujudkan dirinya secara maksimal.
Tugas therapist adalah membimbing individu untuk
mengembangkan potensi ini dari kekuatan pembatasan dari neurotik, dengan
mengembangkan
1. empatik,
pemahaman bahwa dirinya unik, pandangan pribadi pada lingkungan, dan konsep
diri klien;
2. pengembangan
diri dengan memberi harapan pada klien untuk mengalami dan menerima pengalaman,
kejadian yang ada, serta cakup pada apa yang telah mereka tolak;
3. memberi
harapan secara penuh untuk menerima dirinya yang unik, bertanggung jawab dan
kebebasannya dalam bertindak pada sejumlah pilihannya;
4. mewujudkan
potensi secara penuh sebagai individu.
Terapis sebagai individu yang nyata terlibat pada
pertemuan dengan kliennya, bebas dari pura-pura dan memainkan peranan, bukan
sebagai terapis yang hanya bertindak teknis karena suatu interpretasi, memberi
nasehat, atau dari pengaruh keadaan. Tujuan terapi humanistik adalah untuk
berpindah dan menggerakkan seseorang yang minim motivasi, bergantung hanya pada
lingkungan. Ia berharap dan bergantung pada lingkungan untuk menyediakan
baginya kepuasan, menyatakan nilai sebagai individu, dorongan pertumbuhan
sebagai manusia, bekerja keras untuk memperkaya dan memperbesar pengalamannya,
hak untuk bergembira, dan memiliki otonomi (Maslow, 1962). Aktualisasi diri sangat
jarang, hanya dapat dilakukan secara alami, spontan, bebas dari kecemasan,
kondisi yang ragu, merasa diasingkan, tidak berharga, tidak memiliki pengalaman
puncak, secara penuh, dan jelas; menjadi eksistensi individu secara penuh yang
diserap dan berpusat pada pengalaman yang melebihi dari kungkungan penyimpangan
yang telah disebutkan. Visi manusia dapat dipahami dan dapat dilakukan dengan
pendekatan dari ‘pengalaman yang menghasilkan pertumbuhan. Terapi tidak hanya
mengarahkan sesuatu yang lebih baik, memperbandingkan yang kekurangan di masa lampau
atau gejala emosi, dan gerakan-gerakan ketidaksadaran.
Ribuan orang secara formal mencari-cari pertumbuhan
pribadi, mereka bergabung pada kelompok atau yang berpusat pada pertumbuhan
pribadi. Banyak dari berbagai metode di mana para individu bergabung pada
terapi kelompok, mereka berdiskusi untuk penggalian potensi individu. Hal ini
menjadi dasar yang penting dan paling menyolokdari segi psikologi humanistik. Pendekatan
psikologi humanistik hingga kini menjadi satu paket yang berisi gabungan nilai-nilai,
daripada suatu teori sistematik kepribadian atau psikoterapi. Ajaran utama yang
dibagikan adalah:
(i)
pemahaman kepribadian, memahami individu
sebagai kesatuan;
(ii)
berpusat pada pengalaman individu
daripada hanya perilaku yang dipandang dari sisi luar, seperti fenomenologi;
(iii)
sebagai metode ilmiah memerlukan partisipasi
dari pengalaman, yang harus dihargai dari pengalaman empatik dan intuitif, yang
tidak semata-mata mengunggulkan pengetahuan empirik;
(iv)
keunikan
pribadi yang menjadi fokus yang penting;
(v)
tujuan, nilainilai, cita-cita. Dan
berbagai hal di masa depan sebagai penentu lingkungan atau sejarah;
(vi)
tingkah laku manusia tidak dipandang
hanya sebagai sesuatu yang sifatnya mekanistik atau terminologi reduksi, tetapi
lebih mengarah penekanan kebebasan manusia, dalam hal kreatifitas, penilaian,
dan aktualisasi diri;
(vii)
individu yang harus proaktif, mampu
reaktif, bertindak positif, menyesuaikan permintaan yang dituntut dari dirinya.
Pola psikologi humanistik yang hadir lebih mengarah
pada akar filosofi kemanusiaan yang lebih awal, fenomenologi dari Eropa,
Eksistensialisme, dan politik liberalisme Anglo-Amerika. Gagasan psikologi
humanistik ini dipertahankan oleh William James, Kurt Goldstein, Carl Rogers, Gordon
Allport, dan Henry A. Murray dari sejumlah orang yang menentang psikologi ini
sebagai psikologi yang posivistik. Jaman humanistik berpusat dari perluasan
pengalaman, kegembiraan, pemenuhan dalam proses kehidupan. Hal-hal yang optimis
dalam psikologi humanistik dapat memberikan pandangan dari sisi lain psikologi,
yang pada saat itu banyak menghadapi kebingungan, dunia sebagai tempat yang
menakutkan, dan peralihan waktu yang gelap. Pandangan manusia yang lebih baru
mengarah pada suatu reaksi yang lebih dari hal-hal ilmiah dan pengembangan
lingkungan, berkaitan dengan potensi mereka yang melihat kehidupan sosial dari pandangan
dehumanisasi. Prinsip dan nilai-nilai psikologis humanistik nampak ramah,
relevan, dipahami berkaitan dengan pengalaman hidup dan visi untuk hidup yang
lebih baik.
Berikut ini akan diuraikan apa yang disebut dengan
terapi humanistik yang berkembang, terkenal, dan berkaitan dengan lebih
menggambarkan keragaman pada area ini, yaitu: psikoterapi yang berpusat pada
klien, logoterapi Frankl, dan terapi gestalt dari Perls (pada kajian ini yang dijelaskan
hanya psikoterapi yang berpusat pada klien). Perlu adanya tambahan pertimbangan
konsep dari fenomenologi dan eksistensialisme yang mendasari terapi ini dan
hubungannya dengan terapis.
B.
Terapi yang Berpusat pada Klien
Terapi yang berpusat pada klien adalah suatu
psikoterapi humanis bersifat mengembangkan potensi sisi manusia. Terapi ini
dicetuskan oleh Carl Rogers. Perspektif humanistik bersifat kemanusiaan, dalam
psikologi menekankan manusia yang memiliki potensial, diri sendiri, kesadaran,
dan kebebasan memilih. Psikolog humanistik bersifat kemanusiaan, faktor yang
paling penting dalam kepribadian adalah persepsi kesadaran dan menjadi dirinya.
Pandangan terapi humanistik pada orang-orang, memiliki bawaan yang baik dan
memiliki motivasi pada sejumlah kebutuhan. Kebutuhan tersebut dapat berkembang
sesuai pertumbuhan psikologis individu. Orangorang yang menerima suasana dan
kebebasan untuk membuat aneka pilihan, mereka akan mengembangkan konsep diri
yang sehat dan bekerja keras untuk memenuhi potensi mereka yang unik sebagai
manusia. Perspektif humanistik bersifat kemanusiaan, berpengaruh kuat di bidang
psikoterapi.
Pengaruh yang paling kuat dari
psikoterapi-psikoterapi yang humanistik adalah terapi yang berpusat pada klien,
yang dikembangkan oleh Carl Rogers (1902-1987). Ia dengan sengaja menamai
terapinya dengan demikian, secara sengaja ia menggunakan kata klien daripada
menyebut pasien. Ia percaya bahwa pasien adalah istilah medis, yang menyiratkan
orang-orang tersebut dalam kondisi “sakit” dan sedang mencari perawatan dari
figur otoritas yang dirasa mampu “menyembuhkan” mereka. Tekanan untuk para ahli
atau para terapis, terapi berpusat klien yang menekankan persepsi subjektif
klien, yang berfokus pada dirinya dan lingkungannya.
Terapis
harus tidak direktif, tidak seperti terapi yang dilakukan Freud. Terapis tidak
harus mengarahkan klien, keputusan-keputusan yang dibuat untuk klien, penawaran
solusi, menghakimi hasil pemikiran atau perasaan klien. Sebagai gantinya,
terapis diminta untuk percaya, merubah pola terapi yang harus dipilih dan yang
dipimpin oleh klien. Peran terapis untuk menciptakan kondisikondisi dan
membiarkan klien; bukan terapis yang mengarahkan terapi, namun klien yang mengarahkan
fokus terapi. Kondisi-kondisi terapis mengarahkan dirinya untuk tampil bagi
dirinya sendiri, kesadaran, pertumbuhan psikologis, dan diri sendiri
mengarahkan berubah. Rogers percaya bahwa tiga kualitas dari terapis harus
bersifat kritis, seperti: keaslian, hormat yang positif pada klien tanpa syarat,
dan pemahaman empati.
Pertama, keaslian berarti terapis dengan jujur dan
secara terbuka, untuk berbagi pikiran dan perasaannya dengan klien. Model untuk
keaslian, terapis secara tidak langsung mendorong klien untuk menyatakan
perasaan yang benar tanpa kepasrahan atau keinginan.Kedua, terapis harus
menghargai, menerima, dan mempedulikan klien; apapun juga permasalahan atau
perilakunya. Terapis diharapkan menjalin hubungan yang penuh hormat yang tanpa
syarat dan positif. Orang dipercaya mengembangkan permasalahan psikologis,
karena mereka secara konsisten mengalami kondisi penerimaan bersyarat.
Penerimaan bersyarat biasa dilakukan oleh: orang tua, para guru, dan agen
sosial lain sudah berkomunikasi dengan pesan ini: “Aku akan menerima Anda, jika
Anda menepati harapan-harapanku”. Terapis menciptakan suatu iklim yang nyaman,
hormat positif yang tanpa syarat, dan membantu perkembangan individu secara
wajar untuk berani mengambil keputusan secara mandiri tanpa harus takut akan
evaluasi atau penolakan.
Rogers menggambarkan aspek penting dari terapi ini,
terapi berpusat pada klien tidak hanya sekedar “menginterpretasi” pemikiran dan
perilaku klien. Terapi berpusat pada klien merupakan penciptaan suatu kondisi
yang nyaman, penerimaan klien dalam mengekspresikan kebebasan untuk
mengeksplorasi sejumlah isu. Terapis terlibat dalam pembicaraan dengan klien secara
aktif, klien mengucapkan pernyataan-pernyataan isi dan maksud pribadi. Pada pelaksanaannya,
terapis membantu klien mengembangkan secara jelas dari suatu persepsi, pemahaman perasaan, dan menerangkan
alasan-alasan. Penghormatan positif yang tanpa syarat, berarti ketika terapis
sedang mengalami hal positif, klien juga menerima sikap pada waktu tersebut, gerakan
atau perubahan terapiutik agar lebih diterima. Keterlibatan terapis untuk klien
dalam kondisi perasaan yang berlangsung saat itu; waktu itu mungkin adanya
kebingungan, kemarahan, ketakutan, kebencian, keberanian, cinta, atau
kebanggaan. Terapis menghargai klien secara keseluruhan bukan karena syarat
tertentu. Ketiga, terapis harus mengkomunikasikan pemahaman empatik-nya dengan
menyatakan isi dan maksud perasaan, saat klien mengami kondisi tersebut.
Terapis menjadi kaca yang mencerminkan pemikiran dan
perasaan klien, saat mereka dalam dunia pribadi klien. Tujuan membantu klien
untuk melakukan eksplorasi, memperjelas perasaan pikiran, perasaan-perasaan, pikiran,
dan persepsi-persepsi. Proses klien untuk melihat dirinya sendiri dan
permasalahannya yang dapat dipahami secara lebih jelas. Pemahaman empati
memerlukan terapis untuk mendengarkan secara aktif, memahami arti di balik
permukaan kata-kata klien. Rogers percaya bahwa suasana terapis berisi
keaslian, hormat positif yang tanpa syarat, dan pemahaman yang empatik;
perubahan mungkin dapat terjadi. kondisi-kondisi tersebut membantu perkembangan
perasaan secara psikologis aman, yang diterima, dan dihargai. Suasana terapi, perubahan
dapat terjadi pada konsep diri dan filsafat pola pikir individu; pikiran orang
dapat secara berangsur-angsur menjadi lebih sehat dan lebih sedikit
penyimpangan. Perwujudan klien sedang beralih pada mewujudkan potensi-potensi
dan bakat-bakat individu yang unik.
Penelitian-penelitian yang secara umum mendukung
terapi versi Rogers, yang menyatakan bahwa terapi humanistik itu menunjukkan
keaslian, hormat positif yang tanpa syarat, dan pemahaman empatik. Faktor
seperti itu menampilkan eksplorasi kepercayaan dan eksplorasi diri sendiri
dalam proses terapi. Bagaimanapun dengan berbagai kondisi tersebut, bukan
berarti atau tidak akan cukup untuk membantu klien mengalami perubahan. Terapi
berpusat pada klien memiliki pendekatan yang berkembang oleh para terapis,
guru, pekerja sosial, dan para konsultan. Peserta individu yang paling
berpengaruh dalam proses psikoterapi, terapi berpusat pada klien sudah
dilakukan bagi konseling perkawinan, orangtua, pendidikan, bisnis, dan bahkan
masyarakat yang berbeda budaya dalam konteks hubungan-hubungan internal.
psikologi.ustjogja.ac.id/files/materi/1305626219Psikoterapi.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar